Translate

Thursday, September 22, 2016

[ 2016 | Review #96 ] : "THE MEMORY KEEPER'S DAUGHTER"

Books “THE MEMORY KEEPER’S DAUGHTER”
by Kim Edwards
Penerbit OnRead- Books
Alih Bahasa : Evi Setyarini
Editor : Yuzni Amru
Cetakan I : Mei 2008 ; 467 hlm ; ISBN 978-979-1122-16-4
Harga Normal : Rp. 80.000,-

Pepatah mengatakan bahwa Cinta mampu menyatukan perbedaan, namun apa yang terjadi justru demi Cinta, kehancuran hingga perpecahan, membawa kepedihan serta luka hati yang membayangi masa depan kehidupan suatu keluarga ?

Ini adalah kisah tentang David Henry yang jatuh hati pada pandangan pertama saat bertemu dengan Norah Asher. Perbedaan usia 11 tahun tidak menghalangi keduanya untuk bertekad mengikat janji dalam pernikahan dan menjalani masa depan bersama. Tiada yang mampu menghapus kebahagiaan dan harapan yang tercermin dari wajah kedua pasangan ini. Hingga proses kelahiran bayi pertama mereka. Dimulai dengan Norah yang mulai merasa kesakitan jauh sebelum tanggal resmi kelahiran ditetapkan. Disusul dengan kecelakaan yang menimpa dokter kandungan mereka, saat ia terburu-buru menuju klinik untuk membantu proses kelahiran. Untunglah, David Henry juag seorang dokter, walau ia memiliki spesialisasi bedah tulang. Dalam kondisi cuaca badai salju yang memburuk, akhirnya Norah melahirkan Paul – bayi yang nampak sehat. Hanya selang beberapa menit, ternyata Norah kembali ‘melahirkan’ – kali ini seorang bayi perempuan, saudara kembar Paul. Sayangnya, bayi tersebut tidak selamat, meninggal saat dilahirkan. Bayi perempuan yang diberi nama Phoebe.


Norah berduka atas kematian Phoebe, yang tak pernah sempat ia lihat, karena David buru-buru memberikan pemakaman pada bayinya. Norah yang mampu memandang nisan mungil yang menandakan bayinya ‘tertidur’ untuk selamanya di dalam tanah. Ia segera disibukkan dengan perannya sebagai ibu bagi Paul, bayinya yang tumbuh dan berkembang menjadi bocah sehat, lincah dan periang. Namun ada suatu ‘kekosongan’ yang tak mampu ia enyahkan semenjak berita kematian Phoebe ia terima dari David, dan hal itu perlahan-lahan menggerogoti dirinya. Ia tidak bisa melarikan kedukaannya pada David, yang memilih untuk melanjutkan kehidupan mereka, dan tidak menyukai cara Norah menjalani rasa duka berkepanjangan. Norah merasakan ia kehilangan dirinya seiring dengan waktu, dan sebuah tembok kasat mata mulai terbentuk antara dirinya dan David, tembok yang semakin tinggi dan tebal ... dan pernikahan mereka seakan bertahan hanya pada jalinan benang tipis yang terwujud pada diri putra mereka, Paul.

Tanpa diketahui siapa pun, Dr. David Henry menyimpan kedukaan yang berbeda. Ia telah mengambil jalan yang seterusnya merubah masa depan keluarganya, dan itu semua atas nama Cinta. Saat Phoebe lahir, ia langsung mengetahui bahwa bayinya tidak akan pernah tumbuh secara normal, karena Phoebe terlahir dengan ‘Down Syndrome’ (salah satu jenis keterbelakangan mental). David langsung teringat masa lalu yang berusaha ia hapuskan, tentang adiknya yang terlahir mengidap cacat jantung, dan keseluruhan penderitaan sekaligus kepedihan yang harus dialami keluarganya hingga kematian merenggut adiknya, itu bukan sesuatu yang ia inginkan ‘hadir’ kembali dalam keluarganya. Maka ia mengirim bayinya ke sebuah institusi melalui salah satu perawat yang ia percayai tidak akan membongkar rahasia tersebut. David yakin bahwa dengan ‘menghilangkan’ sumber masalah, kebahagiaan keluarganya tidak akan terusik dan kehidupan yang jauh lebih baik bagi mereka semua, jika rahasia tersebut tersimpan rapat-rapat.

Takdir berkata lain. Caroline Gill – perawat yang diutus David, mengalami pergulatan batin yang berat, antara mematuhi permintaan David atau mengungkap kebenaran. Ketika menyaksikan tempat dimana bayi tersebut seharusnya ia serahkan, tidak lain berupa tempat penampungan yang sangat buruk dan mengerikan, Caroline memutuskan membawa kembali bayi Phoebe kepada kedua orang tuanya. Entah mengapa justru dalam perjalanan kembali, halangan demi halangan membuat Caroline terhambat, dan ketika ia akhirnya kembali ke kota kelahiran Phoebe, sebuah berita upacara pemakaman bayi Phoebe menghiasi halaman surat kabar setempat. Apa yang harus dilakukan oleh Caroline jika bahkan orang tua Phoebe telah ‘menguburkan’ bayi mereka ? Maka Caroline mengemasi barang-barangnya, siap untuk pindah ke suatu tempat, dimana ia akan membesarkan bayi malang yang tidak lagi memiliki keluarga. Tiada yang mengetahui kemana mereka pergi, tetangga dan kenalan, termasuk David yang mencari Caroline, hanya menemukan apartemen yang kosong tanpa petunjuk secuil pun ...

Awal pembuka kisah ini berlangsung cukup cepat, seakan pembaca diajak memasuki proses serta pilihan yang harus diambil oleh sosok David Henry maupun Caroline Gill dalam tempo yang relatif singkat, tanpa jeda dan di saat mereka mulai mempertimbangkan kembali langkah-langkah selanjutnya, situasi berubah dan akhirnya memaksa mereka mengambil pilihan yang tak kalah sulitnya. Jujur, diriku nyaris tidak memiliki keberanian memulai kisah ini, tema tentang bayi yang ‘sengaja’ dibuang oleh ayah kandungnya dengan alasan tidak bersedia membesarkan keturunan yang cacat, dijamin akan menguras emosiku. Anehnya, seiring dengan proses menelaah halaman demi halaman, diriku terbelah pada posisi yang berlawanan, nyaris tak mampu menemukan garis batas yang jelas antara mana yang ‘benar’ dan mana yang ‘salah’ ... karena penulis tidak berhenti pada satu kasus, melainkan mengungkap perjalanan kehidupan yang terjadi pada diri David maupun Norah, yang tidak lagi mampu menemukan ‘jembatan penghubung’ untuk menyelamatkan pernikahan maupun hubungan kasih sayang yang pernah ada.

Situasi tersebut mempengaruhi putra mereka Paul, yang akhirnya menemukan fakta-fakta sekaligus skandal rumah tangga yang carut-marut, membuatnya tumbuh menjadi individu yang menutup diri. Pembaca juga diajak menelusuri pergulatan serta perjuangan berat yang dialami Caroline Gill membesarkan putrinya, Phoebe, tanpa sekali pun pernah melihat kondisi ‘cacatnya’ sebagai kekurangan. Perbandingan antara sosok David Henry yang tampil bagai pria sempurna dan Al – duda yang menjadi sosok Samarian, menolong Caroline saat ia kesulitan, pria sederhana yang memiliki tekad besar dan kebesaran hati bagai samudra luas, memberikan warna tersendiri mencerminkan rangkaian panjang pergulatan emosional pada masing-masing karakter. Kisah yang lumayan panjang, dengan rentang waktu hingga baik Paul dan Phoebe beranjak dewasa tanpa pernah menyadari keberadaan masing-masing, diakhiri dengan ending yang penuh kejutan dan bisa dikatakan semi anti klimaks. Tampaknya penulis berusaha membiarkan pembaca menentukan sikap, terhadap pilihan-pilihan yang diambil oleh karakter-karakter kisah ini, walau jujur, ada satu poin dimana diriku merasa ‘dicurangi’ karena penulis memilih satu jalan keluar bagi pergulatan David Henry nyaris sepanjang kehidupannya ...

Judul Asli : THE MEMORY KEEPER’S DAUGHTER
Copyright © 2005 by Kim Edwards
Rate : 3.5 of 5

Movie Trailer “THE MEMORY KEEPER’S DAUGHTER"



[ more about the author & related works, just check at here : Kim Edwards | on Goodreads | on Wikipedia | on IMDb | Movie Adaptation ]

Best Regards,

@HobbyBuku

No comments :

Post a Comment

Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...