Translate

Wednesday, April 27, 2016

[ 2016 | Review #59 ] : "IF I STAY"

Books “JIKA AKU TETAP DI SINI”
Judul Asli : IF I STAY
[  book 1 of ADAM & MIA | IF I STAY Series ]
Copyright © 2009 by Gayle Forman, Inc.
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : Poppy D. Chusfani
Editor : Barokah Ruziati
Desain & ilustrasi sampul : @ibgwiraga
Cetakan VIII : Februari 2015 ; 200 hlm ; ISBN 978-602-03-1322-1
Harga Normal : Rp. 65.000,-
Rate : 3.5 of 5
“Kehidupan mungkin akan membawa kalian ke jalan yang berbeda. Tapi kalian masing-masing bisa memilih jalan mana yang akan ditempuh.”
Pilihan serta Peristiwa ...
Manakah di antara keduanya yang menjadi penyebab atau awal mula sesuatu akan terjadi dalam kehidupan manusia ? Apakah pilihan berujung pada peristiwa atau sebaliknya ? Bagi Mia, hal itu tidak lagi berarti, selain kesedihan yang mendalam saat Maut muncul tanpa peringatan. Pagi itu salju pertama turun di Oregon, dan dalam suasana ceria, Mia bersama kedua orang tuanya dan adiknya Teddy, mengendarai mobil untuk berkunjung ke sahabat keluarga sebelum menjenguk kakek dan nenek Mia. Mereka tidak pernah tiba di tujuan.


Mia hanya ingat bahwa ia berada di dalam mobil sambil mendengarkan musik, kemudian ia terbangun di jalanan, menyaksikan mobil keluarganya dalam kondisi ringsek dan rusak berat. Ia menyaksikan tubuh ayah dan ibunya tewas dengan tubuh penuh luka. Kemudian ia melihat ‘tubuhnya’ sendiri. Bagai menonton sebuah adegan film, Mia menemani ‘tubuhnya’ yang berusaha diselamatkan oleh petugas medis, mendengarkan bahwa kondisinya sangat kritis dan harus segera dioperasi. Teddy, adiknya kesayangannya, ternyata juga dalam proses penyelamatan.

Mia harus berpisah dengan Teddy saat ‘tubuhnya’ harus ditangani lebih lanjut di rumah sakit besar. Secara klinis, Mia dalam kondisi koma dan sulit dipastikan apakah ia akan pernah sadar kembali. Tiada yang tahu bahwa Mia ‘sadar’ sepenuhnya dan berkeliaran di rumah sakit, menyaksikan kerabatnya berdatangan, termasuk sahabat karib serta kekasihnya Adam, yang seharusnya berada di atas panggung bersama grup bandnya.

Persimpangan
Awalnya Mia penasaran dengan kondisinya yang koma, dan sedikit banyak berharap ia bisa segera pulih. Menjadi ‘sosok’ yang tidak terlihat oleh siapa pun, Mia terbawa dalam kilasan masa lalunya, bersama keluarga, kerabat, sahabat dan kekasihnya. Entah mengapa kenangan antara masa-masa yang menyenangkan maupun yang tidak terlalu ia sukai, muncul silih berganti dalam benaknya. Momen tersebut berubah saat Mia mendapati dirinya ‘terguncang’ saat menyadari Teddy yang baru berusia 8 tahun akhirnya tak mampu bertahan lebih lama.
“Apakah kematian akan terasa seperti itu ? Tidur tanpa akhir, menyenangkan, dan paling lelap ? Jika seperti itulah rasanya, aku tidak akan keberatan. Jika seperti itulah kematian, aku sama sekali tidak akan keberatan. Aku tidak keberatan tidur selamanya.”
Terombang-ambing antara harapan dan doa mereka yang menginginkan dirinya berjuang demi meraih kesempatan untuk ‘kembali’ hidup, dan mereka yang ‘merelakan’ dirinya, jika meninggalkan dunia adalah pilihannya. Bagaimana Mia menanggapi bayang-bayang masa lalu yang sarat akan kenangan dengan realita masa depan yang cukup menakutkan, karena tiada orang-orang terdekat yang ia kasihi untuk bersama-sama menikmati kehidupan. Mana yang lebih menakutkan bagi Mia, kematian atau justru kehidupan baru ?

Pilihan ... dan Keputusan
Ini adalah sebuah kisah yang cukup singkat, namun cukup merangkum sekelumit pergulatan tentang kematian dan kehidupan. Keunikan kisah ini, adalah narator yang terwujud melalui sosok Mia – yang secara klinis dinyatakan koma alias tidak sadar sepenuhnya, namun mampu ‘menyaksikan’ realita yang terjadi di sekitarnya dalam wujud ‘roh’ – melayang-layang dalam rumah sakit di mana tubuhnya terbaring dalam perawatan intensif.

Walau berkesan sebagai sajian drama pergulatan batin, anehnya sisi emosionalku sama sekali tidak ‘tersentuh’ semenjak awal kisah hingga menjelang akhir, di mana Mia akhirnya ‘tersentak’ pada fakta bahwa Teddy telah tiada. Seakan-akan diriku (pembaca) sengaja diajak ‘merasakan’ hati Mia, dan tepat di saat pertahanan dirinya hancur dan kilasan kenangan bersama Teddy sungguh-sungguh membuatku ‘tak tahan’ dengan rasa pilu yang menyayat, secara perlahan dan pasti, harapan lain muncul – tepat di akhir kisah.

Jujur, kisah ini terasa sedikit ‘bland’dibandingkan ‘I WAS HERE’ yang sarat akan emosi yang bersumber pada kepedihan dan kemarahan. Bahkan melalui ‘JUST ONE DAY’ (serta kelanjutannya ‘JUST ONE YEAR’) pembaca diajak melalui perjalanan serta pergulatan yang lebih fluktuatif, sedikit banyak mirip dengan mengendarai ‘roller-coaster’yang penuh petualangan. Di sisi lain, hanya dengan 200 halaman, penulis mampu memberikan sekelumit pesan melalui kisah ini, bahwa kematian dan kehidupan tidak berbeda jauh jika dipandang dari sudut pandang yang sama sekali berbeda, dalam kisah ini melalui seorang gadis yang terombang-ambing dalam persinggahan sementara antara dua dunia.

[ more about the author & related works, just check at here : Gayle Forman | on Goodreads | on Wikipedia | on IMDb | at Facebook | at Twitter | Movie Adaptation ]

Best Regards,

@HobbyBuku

No comments :

Post a Comment

Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...