Translate

Friday, April 22, 2016

[ 2016 | Review #53 ] : "AS RED AS BLOOD"

Books “AS RED AS BLOOD" | SEMERAH DARAH
Judul Asli : PUNAINEN KUIN VERI
[ book 1 of THE SNOW WHITE Trilogy ]
Original text copyright © 2013 Salla Simukka
English translation copyright © 2014 Owen F. Witesman
Penerbit Bhuana Sastra (imprint of Penerbit BIP)
Alih Bahasa : Wahyu Nugroho
Editor : Agatha Tristanti
Ilustrasi sampul : Amalia Pratifasari
Desain sampul : Yanyan Wijaya
Cetakan I : Maret 2016 ; 300 hlm ; ISBN 978-602-394-058-5
Harga Normal : Rp. 77.000,-
Rate : 3.5 of 5
“Semoga anakku kelak seputih salju, semerah darah, dan sehitam kayu eboni jendela ini.” __ ‘Snow White’ by Grimm’s Brothers
Tahukah dirimu kisah tentang Snow White – kisah sebenarnya, bukan versi ‘indah’ yang diciptakan oleh Disney. Bahwa ini bukan sekedar dongeng pengantar tidur melainkan kehidupan nyata yang terjadi berabad-abad lampau, dikisahkan kembali melalui legenda dan mitos dengan nuansa kelam dan jauh dari ‘menghibur’, dan ini adalah kisah yang diceritakan dari generasi ke generasi sebagai peringatan terutama bagi gadis-gadis cilik yang akan menjalani kehidupan penuh kegelapan ...

Pada suatu hari, ada seorang gadis kecil yang belajar untuk merasakan takut. Dongeng tidak dimulai seperti ini. Cerita lain yang lebih gelaplah yang memulai dengan cara tersebut.
Ia diberi nama Lumikki Andersson oleh kedua orangtuanya. Namun nama itu menjadi beban tersendiri, sebagaimana semua orang tahu Lumikki berarti Snow White dalam bahasa Finlandia, sedangkan dirinya jauh dari citra karakter yang dipopulerkan oleh Disney. Ia merasa dirinya lebih mendekati penggambaran tokoh versi Grimm Bersaudara, setidaknya menyangkut perubahan suasana hati serta kehampaan yang menemani hidupnya, terkadang Lumikki merasakan penderitaan yang panjang dalam kesehariaannya bagai dongeng yang tak kunjung usai.

Berusia 17 tahun, memilih hidup seorang diri di apartemen studio, jauh dari kediaman kedua orangtuanya, dengan alasan ia lebih nyaman berada di dekat sekolahnya, walau tentu saja ia sengaja memilih sekolah seni elit di kota besar, agar bisa ‘keluar’ dari pandangan orangtuanya. Dibesarkan oleh ayah yang berkebangsaan Swedia dan ibu Finlandia, anehnya kehidupan dan komunikasi yang terjalin dalam keluarganya, dingin dan berjarak, sesuatu yang tak pernah ia sadari hingga menyaksikan interaksi keluarga-keluarga lain, terbuka dan penuh kehangatan.
Ia adalah sebuah potongan teka-teki yang tidak memiliki tempat tetapi bisa tiba-tiba menempati tempat mana pun yang kau inginkan. Ia sama sekali tidak seperti yang lainnya. Namun ia juga benar-benar sama seperti yang lainnya.
Di SMA ini, ia mampu menjalani kehidupan secara soliter, berusaha menjauhi segala jenis hubungan yang lebih erat dengan siapa pun juga. Lumikki memastikan setiap tindakan dan perbuatannya, tak akan menarik perhatian siapa pun. Dan suatu hari, segalanya berubah. Di mulai saat ia tanpa sengaja menemukan sejumlah besar uang kertas sedang dikeringkan di dalam ruang foto. Bukan hanya jumlahnya yang menarik perhatian, tetapi juga noda yang jelas berupa darah, menyelimuti sebagian besar uang tersebut.

Lumikki berusaha melupakan hal tersebut, namun rasa penasaran akhirnya menang. Maka keesokkan harinya ia kembali ke ruangan tersebut untuk menemukan jawaban, hanya mendapati uang-uang itu telah lenyap. Satu-satunya petunjuk, Lumikki nyaris bertabrakkan dengan salah satu siswa sekolah saat ia menuju ruangan foto. Ia adalah Tuukka, pemuda tampan dan menarik berusia 18 tahun, dan ia juga merupakan putra Kepala Sekolah. Demi mendapatkan kejelasan, Lumikki nekad membuntuti Tuukka, dan membawanya pada pertemuan tiga sosok yang ia kenali.
Cara termudah untuk menjalani hidup adalah dengan tidak ikut campur dalam masalah apa pun.
Tanpa disadari Lumikki melanggar semua peraturan yang ia jalani selama ini : terlibat ‘masalah’ dengan pihak lain, yang akhirnya ‘melibatkan’ dirinya dalam petualangan penuh bahaya. Tuukka, putra kepsek, dan Elisa – putri polisi bagian narkotika, serta Kasper – pemuda ‘begajulan’ yang memiliki reputasi khusus menyangkut aktifitas ilegal, mengaku menemukan sekantong uang senilai €30.000 euro di halaman kediaman Elisa. Bahwa uang tersebut penuh dengan genangan darah, sama sekali tidak mereka sadari karena sedang ‘mabuk’ obat terlarang saat itu.

Kini, di saat kesadaran mulai kembali, sesuatu pada ingatan samar-samar menyebabkan ketiganya gelisah, karena dipastikan keberadaan kantong uang bersimbah darah bukanlah sesuatu yang wajar terjadi dalam kesehariaan. Melibatkan Lumikki, mereka berusaha mencari tahu jawaban di balik misteri tersebut. Langkah pertama adalah menyelidiki Terho Väisänen – ayah Elisa, mengingat peristiwa itu berawal di kediaman keluarga Väisänen.

Belum sempat jawaban diperoleh, Lumikki mengalami serangkaian peristiwa aneh yang menakutkan, dari kesadaran bahwa ada yang sedang menguntit dirinya, hingga aksi penculikkan yang nyaris berhasil, semua membawa kesimpulan bahwa pelaku benar-benar mengincar keluarga Väisänen, bahwa pelaku sebenarnya hendak menculik Elisa, alih-alih Lumikki yang kebetulan  sedang mengenakan syal Elisa. Lumikki bersama ketiga kawan barunya, terseret dalam aksi yang melibatkan mafia Rusia serta sosok mengerikan yang dikenal sebagai Beruang Kutub.

Jujur, awalnya kusangka ini merupakan kisah fantasi, karena tercantum bahwa ini merupakan Trilogi Snow White – baik versi Disney, atau versi ‘dark-fantasy’ ala Grimm. Ternyata keduanya salah besar, karena ini lebih condong sebagai sajian misteri berbalut drama suspense yang lumayan mencekam. Lata belakang kisah serta karakter yang menggambarkan kehidupan di kawasan Eropa Tengah, tepatnya di antara Swedia dan Finlandia, mengambilkan suasana muram, dingin dan sunyi, mengingatkan diriku akan gambaran kisah Trilogi Salander kara Stieg Larsson.

Walau karakter utama dalam kisah ini merupakan gadis remaja, namun ia memiliki banyak ‘rahasia’ yang tersimpan dalam ‘kotak pandora’ – sebagian besar juga merupakan selubung misteri yang tak mampu ia pahami, hingga tiba waktu yang tepat dimana akhirnya Lumikki mengetahui asal-usul yang membuat dirinya ‘berbeda’. Digambarkan sebagai gadis yang sekilas tampak normal, namun memiliki kecenderungan anti-sosial, menghindarkan konflik termasuk hubungan serius dengan siapa pun juga ... mirip dengan Sherlock Holmes ya 6(^_^)9 hahaha, walau sebenarnya Lumikki menjauhi hal-hal yang terlihat rumit dan kompleks.

Kasus yang muncul dalam buku pertama ini sebenarnya simpel, tidak berbelit-belit, namun penulis sengaja menjabarkan keseluruhan kisah dalam penggalan-penggalan adegan yang sama sekali tidak lengkap, dalam urutan yang tidak bisa dipastikan hingga keseluruhan kisah diketahui. Alih-alih merasa bosan, rasa penasaran super extra membuatku melalui halaman demi halaman hingga akhirnya gambaran besar ‘muncul’ di benakku. Diterjemahkan dari edisi bahasa Inggris yang bisa kupastikan sangat bagus (hasil mengintip versi Inggris), terjemahan dalam bahasa Indonesia ini pun mengalir sedemikian rupa. Bahkan ilustrasi sampul serta kemasan khusus edisi bahasa Indonesia ini juga jauh lebih menarik dibandingkan versi Inggris.

Sebagai penggemar kisah misteri, sebenarnya kasus yang ditampilkan tidak memiliki kelebihan khusus. Daya tarik justru pada sosok Lumikki, mengapa ia digambarkan sebagai gadis yang cukup nyentrik, dan potongan-potongan kenangan aneh serta mimpi-mimpi buruk yang ia alami, membuatku menduga-duga telah terjadi ‘sesuatu’ yang cukup dahsyat pada masa lalu Lumikki. Salah satu faktor yang berhasil diungkapkan dalam buku pertama ini, dijabarkan melalui penggalan kenangan masa kecil Lumikki yang menjadi korban ‘bullying’ termasuk aksi kekerasan dua gadis teman sekolahnya, yang telah melakukan teror selama lebih dari 4 tahun.

Bagaimana Lumikki berhasil ‘menyingkirkan’ kedua monster dalam hidupnya dengan melatih bela diri dan kekuatan dari dalam dirinya, cukup membuat miris sekaligus terenyuh. Mengapa Lumikki tidak pernah meminta bantuan orang lain, termasuk kepada kedua orang tuanya, saat ia senantiasa pulang dalam kondisi luka-luka dan memar, itu menjadi salah satu bagian yang harus dicari petunjuknya, karena selubung misteri tentang keluarga Lumikki sama sekali belum diketahui kebenarannya. Lalu siapakah ‘sosok’ yang telah membuat Lumikki patah hati sedemikian dalam, seseorang yang bahkan namanya tidak pernah disebutkan sepanjang kisah ini. Dijamin buku pertama seri ini membuatku ingin segera melahap kelanjutan kisah ini ...
Pada suatu hari, ada sebuah kunci kecil yang bisa membuka semua gembok. Dongeng tidak dimulai seperti itu. Itu permulaan dari cerita lain, yang lebih ceria.
Tentang Penulis :
Salla Simukka lahir pada tahun 1981 di Tampere. Wanita ini adalah penulis, penerjemah, sekaligus kritikus sastra. Ia telah menulis banyak novel dan kumpulan cerpen untuk pembaca kalangan muda. Ia pernah mengulas buku Helsingin Sanomat, Finland Kuvalehti, dan Hämeen Sanomat. Ia juga editor di majalah remaja Finlandia : Lukufiilis. Novelnya yang berjudul Jäljellä ( Tammi, 2012 ) dan Toisaalla ( Tammi, 2012 ) memenangkan Penghargaan Topelius untuk kategori novel remaja terbaik Finlandia. Selama menulis As Red As Blood, Salla Simukka mendengarkan lagu-lagi berikut : The World Is Not Enough (Garbage), Some Die Young (Laleh), Breath of Life (Florence & the Machine), Summertime Sadness (Lana Del Rey), Protection (Massive Attack), dan Kohtalon oma (Chisu). ~ sumber : penerbit BIP

[ more about the author & related works, just check at here : Snow White Trilogy | on Goodreads | on Wikipedia | at Facebook ]

Best Regards,

@HobbyBuku

2 comments :

  1. Layak dicoba mbak (^_^) apalagi klo suka misteri yang rada absurb gitu, lbh condong ke psychological suspense menurutku, buku ketiga aku paling suka.

    ReplyDelete

Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...