Translate

Tuesday, January 19, 2016

[ 2016 | Review #17 ] : "AFTER THE ABDUCTION"

Books “PERTEMUAN KEDUA”
Judul Asli : AFTER THE ABDUCTION
[ book 3 of SWANLEA SPINSTERS Series ]
by Sabrina Jeffries
Copyright © 2002 by Deborah Martin
Penerbit Dastan Books
Alih Bahasa : Sandra Dewi Wirawan
Editor : Titis Wardhana
Desain sampul : www.expertoha.com  
Cetakan I : Desember 2011 ; 520 hlm ; ISBN 978-602-9267-50-1
Harga Normal : Rp. 60.000,-
Rate : 2.5 of 5

Juliet Laverick selamanya menjadi ‘bungsu’ dalam keluarganya, yang berarti ia mendapat perhatian khusus serta pengawasan yang acapkali membuatnya terkekang. Akibat ‘petualangan’ yang nyaris membuat nama baik rusak untuk selamanya pada usia 18 tahun, akibat lari dengan pria yang baru ia kenal beberapa minggu, Juliet tidak mampu menghapus kekhawatiran yang menyelubungi keluarganya. Dewasa sebelum waktunya, peristiwa tersebut membuat Juliet berubah. Sosoknya yang polos, periang dan penuh keceriaan nyaris tidak pernah muncul, digantikan dengan wanita cantik yang menutup diri sekaligus hatinya, senantiasa berhati-hati dalam mengambil langkah maupun keputusan, dan tidak tertarik untuk bersosialisasi kecuali dengan keluarga.


Dua tahun berlalu dan skandal yang nyaris dilupakan, mendadak muncul, mengusik ketenangan dirinya serta keluarganya. Sebuah rumor yang mengaitkan dirinya dengan situasi ‘meragukan’ dua tahun silam beredar di kaum sosialita. Tiada seorang pun yang mengetahui skandal tersebut, selain Daniel Brennan dan Helena Laverick yang menelusuri jejak pelarian Juliet, dan tentu saja Kapten Will Morgan, penipu yang sebenarnya bernama Morgan Pryce, yang membuat Juliet menyerahkan kepolosan dan hatinya, hanya untuk mendapati selama dua tahun berikutnya ia harus mengumpulkan satu demi satu kepingan hatinya yang pecah berantakan.

Jika anggota keluarga Juliet dipastikan tidak membocorkan rahasia itu, tentu saja sumber lainnya dipastikan berasal dari Morgan Pryce. Penyelidikan dan pencarian yang dilakukan Griff Knighton – kakak ipar Juliet, membawa mereka ke Charnwood Hall – estate kediaman Lord Templemore, yang juga merupakan wali Morgan Pryce. Di luar dugaan, Lord Templemore bukanlah pria bangsawan tua, melainkan pria tampan, menarik dan masih cukup muda. Dan Juliet mengenalinya sebagai Kapten Will Morgan / Morgan Pryce – pria yang telah menculik dan melarikan dirinya. Namun tuduhan yang dilontarkan oleh Juliet disanggah dengan kuat, karena pria yang disebut sebagai Lord Templemore mengaku sebagai Sebastian Blakely – saudara kembar Morgan.

Kisah pun bergulir mengikuti perkembangan hubungan antara Sebastian Blakely, yang memiliki ketertarikan atas senjata api, dengan pasangan Knighton dan juliet Laverick yang untuk sementara tinggal sebagai tamu di kediaman Lord of Templemore, sekaligus mencari tahu tentang keberadaan Morgan Pryce – saudara tiri Sebastian yang diduga telah tewas dalam keributan saat ia menjadi tawanan bajak laut. Anehnya, Juliet yakin bahwa Sebastian adalah Morgan, atau setidaknya pria yang telah membuatnya jatuh cinta dan melupakan segalanya demi mengikuti kemauan pria itu, termasuk meninggalkan keluarganya dan nyaris membuat skandal besar.

Dari sini, diriku sudah merasakan kejanggalan, mengapa Sebastian harus berpura-pura menjadi Morgan bahkan setelah dua tahun ‘kesalahan’ yang ia lalukan terhadap Juliet senantiasa menjadi beban dalam hatinya. Di sisi lain, penulis ‘berusaha’ memberikan ‘alasan’ bagi tindakan Sebastian, termasuk saat ia memburu dan mengejar Juliet karena telah jatuh hati dan tidak membiarkan wanita itu hanya mengingat ‘Morgan’ sebagai kekasih hatinya. Mungkin kisah ini dianggap sangat romantis, sedangkan menurutku tema dan latar belakang yang dibuat sangat dipaksakan dan lumayan ‘melecehkan’ peran wanita yang bisa menerima perlakuan pria seburuk apa pun (termasuk kategori pelecehan atas nama cinta).

Saat mengetahui bahwa buku ini juga memperoleh penghargaan Scarlett Letter untuk kategori the Best Historical, lumayan shock juga, karena tiada unsur ‘historis’ selain masuknya cukilan tentang perang dan sejarah senjata api (yang tidak bisa dikatakan cukup banyak bahasannya). Terlepas dari rangkaian alur dan kisah yang sekali lagi berkesan ‘dipaksakan’ (mengada-ada menurut istilahku), seandainya saja karakter Juliet dan Sebastian digambarkan menjalani kehidupan normal dan penuh intrik seputar tata krama dalam pergaulan sosial, bisa jadi kisah ini lebih mengena dan mampu menimbulkan kesan lebih dalam. Benar-benar terasa mubasir mengikuti kisah sepanjang 500 halaman ini ...

[ more about this author & related works, just check at here : Sabrina Jeffries | on Goodreads | on Wikipedia ]

Best Regards,

@HobbyBuku

No comments :

Post a Comment

Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...