Translate

Tuesday, July 7, 2015

Books "THERE YOU'LL FIND ME"

Books “MENEMUKAN-MU”
Judul Asli : THERE YOU’LL FIND ME
Copyright © 2011 by Jenny B. Jones
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : Dharmawati
Desain & ilustrasi sampul : Martin Dima (martin_twenty1@yahoo.co.id)  
Cetakan I : Agustus 2014 ; 376 hlm ; ISBN 978-602-03-0814-2
Harga Normal : Rp. 73.000,-
Rate : 3.5 of 5

Finley Sinclair dulu menjalani kehidupan penuh gemerlapan, pesta hura-hura atau sekedar nongkrong menghabiskan waktu bersama teman-temannya. Ia nyaris tak memperdulikan kondisi dirinya, menjadi sorotan publik dan kaum paparazzi. Itu semua terjadi dalam kurun waktu dua tahun. Setelah tragedi yang menimpa keluarga Sinclair yang terkenal di masyarakat, hal tersebut  bukan saja membuat kesedihan mendalam tetapi juga menghancurkan harapan yang pernah ada di hati Finley. Kakaknya terkasih, Will Sinclair yang ceria, periang, supel, ramah dan hangat, tewas dalam peristiwa pemboman sekolah anak-anak di Afghanistan tempat di mana ia menjadi sukarelawan. Berbeda dengan Sinclair yang lebih tertutup, Will justru merupakan pribadi yang terbuka dan gemar melakukan petualangan.


Puncaknya, menjelang usianya ke-18, Finley mendapat ide untuk melakukan napak tilas perjalanan kakaknya, berdasarkan catatan harian Will. Maka ia pun berangkat menuju Abbeyglen, Irlandia mengikuti program pertukaran pelajar ke tempat yang sangat disukai dan senantiasa disebut-sebut dalam jurnal Will. Finley adalah gadis yang memiliki pemikiran sendiri, dan setelah tragedi yang menimpa Will, ia sama sekali tidak memiliki keyakinan bahwa Tuhan senantiasa ada untuk melindungi umatnya. Buktinya, Will yang sangat baik, rajin dan selalu mementingkan kepentingan serta kebutuhan orang lain justru tewas lebih dahulu dalam kondisi yang mengerikan. Di mana kekuatan Tuhan dan di mana keadilan jika sosok sebaik dan sempurna serta sangat dibutuhkan di dunia justru tewas dalam usia sangat muda.

Tanpa disadari, perjalanan Finley ke Irlandia justru merupakan awal dari terbukanya jalan yang sama sekali berbeda bagi dirinya. Mulai dari perkenalan tak disangka-sangka dengan aktor muda Beckett Rush yang menjadi idola sekaligus selibriti ternama, dan kebetulan juga ternyata sedang dalam proyek khusus di Abbeyglen. Beckett ternyata sama sekali berbeda dengan gambaran yang ia ketahui dari tabloid-tabloid gosip. Dan Beckett pun menganggap Finley unik, berbeda dengan apa yang diketahui khalayak umum tentang anggota keluarga Sinclair yang kaya raya dan sangat terkenal. Perkenalan Finley dengan para anggota keluarga O’Callaghan – pemilik penginapan dan rumah makan dimana ia tinggal, yang sangat hangat dan terbuka, mengingatkan Finley akan sifat-sifat Will.

Disusul sebuah misi sosial untuk membantu kaum jompo yang awalnya hanya dianggap sebagai bagian tugas pelajaran yang harus ia tempuh, hingga ia harus berurusan dengan satu-satunya pasien yang sulit ditangani Cathleen Sweeney – wanita tua pemarah, penggerutu dan selalu mencari-cari kesalahan orang lain dan memancing pertengkaran dengan siapa saja. Dan seorang biarawati nyentrik, Suster Maria yang memiliki sifat usil untuk mengganggu niat Finley mencari ketenangan. Melalui Suster Maria pula Finley kembali menemukan hasrat untuk bermain dan musik – kecintaannya semenjak kanak-kanak sebelum ia melupakan semuanya setelah kematian Will. Bahkan Finely menemukan tujuan baru untuk mengisi hari-harinya, menggubah sebuah musik khusus untuk Will yang semakin ia kenali melalui coretan-coretan jurnalnya.

“Dia kesepian. Maksudku, dia sakit dan sekarat, dan dia pikir sudah terlambat baginya untuk berbaikan dengan Tuhan.”“Jadi mungkin kaulah orang yang dapat membantunya melihat terang itu.”“Tetapi Tuhan dan aku sedang saling tidak bicara, ingat?”“Masih? Berapa lama aksi saling mendiamkan ini akan berlangsung, kalau begitu? Tetaplah bertanya kepada-Nya – kalau kau memang mencari jawaban.”“Berbicara dalam gaya bahasa perumpamaan hanya berlaku pada masa Perjanjian Baru.”“Aku berusaha mengembalikan gaya bahasa ini. Serta semangat di baliknya.”“Will mendengar Tuhan. Dia melihat Tuhan ke mana pun dia pergi bahkan dia mendengar tuhan di dalam pub, bayangkan.”“Aku yakin Tuhan juga suka sedikit permainan biola dan bodhran (sejenis drum kecil dari kulit kambing yang biasa digunakan dalam musik tradisional Irlandia). Barusan kau bilang pernah mendengarkan musik kami?”“Ya.”“Tapi apakah kau sudah mendengarkan? Benar-benar mendengarkan? Mungkin kau perlu pergi mendengarkannya sendiri.”“Apakah mereka memainkan himne atau semacamnya?”“Tergantung siapa yang mendengarkan.”[ ~ dialog antara Finley dan Suster Maria ]
Baru kali ini diriku menemukan novel Kristiani yang mengangkat tema kisah sosok remaja, dan bisa kukatakan gaya bahasa maupun penuturan yang digunakan oleh penulis cukup menarik bahkan menggelitik pada beberapa bagian. Pesan-pesan moral yang terselip di dalamnya juga mengalir dengan ringan penuh humor, tanpa berkesan menggurui dan sama sekali tidak membosankan. Kisah ini mengajarkan bahwa pembelajaran manusia tentang nilai-nilai kehidupan (dan kematian) itu tiada akhir dan selalu ada solusi bagi setiap problematika yang harus dihadapi. Sosok Finley yang memilih ‘mogok’ berkomunikasi dengan Tuhan, justru mendapati Tuhan senantiasa ‘berbicara’ dengannya melalui orang-orang asing di sekelilingnya, terutama Will Sinclair – kakaknya yang telah meninggalkan dunia namun mampu memberikan peninggalan berharga bagi orang-orang yang ia kasihi.

~ Jenny B. Jones ~
Melalui jurnal Will, Finley mendapati kakaknya sangat mencintai kehidupan itu sendiri karena dimana-mana ia melihat karya Tuhan, bahkan saat menghadapi situasi yang paling menyedihkan, buruk hingga berbahaya bagi nyawanya ... Disertai konflik yang melibatkan unsur melodrama dan skandal (sesuatu yang senantiasa menarik perhatian para pembaca), perjalanan Finley saat bertemu dengan orang-orang asing yang kemudian menjadi bagian penting dalam kehidupannya, dituturkan dengan lugas namun menyentuh terutama menjelang akhir kisah ini. Jika Anda menyukai bacaan ringan namun memiliki bobot dan kualitas yang lebih, maka buku ini sangat kurekomendasikan. Walau cukup kental dengan nuansa Kristiani, namun pembaca non Kristiani tetap mampu menikmatinya tanpa harus khawatir akan adanya doktrin atau dogma-dogma keagamaan. Sedikit mirip denga  gaya Judy Blume, minus ciri khasnya yang suka ‘blak-blakan’ (^_^)

[ more about this author & related works, just check at here : Jenny B. Jones | on Goodreads | at Twitter | at Facebook ]

Best Regards,

@HobbyBuku

No comments :

Post a Comment

Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...