Translate

Wednesday, December 10, 2014

[ GWP ] : "HUJAN DAUN-DAUN"

Judul Asli : HUJAN DAUN-DAUN
[ Gramedia Writing Project ]
by Lidya Renny Chrisnawaty, Tsaki Daruchi, Putra Zaman
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Editor : Nina Andiana
Desain cover : Marcel A.W.
Cetakan I : April 2014 ; 248 hlm ; ISBN 978-602-03-0376-5
Rate : 3.5 of 5

Ada yang mengatakan bahwa mimpi adalah bunga tidur – yang membuat pikiran menjadi santai dan terbangun dalam kondisi segar. Namun mimpi-mimpi yang muncul dalam tidur Tania Arini justru membuatnya terbangun dalam kondisi gelisah, takut dan penasaran. Mungkinkah seseorang mengalami mimpi serupa selama berhari-hari ? Dan mengapa ia tak mampu memahami arti dari mimpi-mimpi yang menggelisahkan itu ? Mimpinya selalu sama, tentang seorang gadis kecil berbaju biru, bermain dengan dirinya di halaman yang memiliki pohon besar dengan dedaunan berguguran di bawahnya. Siapa gerangan gadis cilik yang selalu muncul dalam mimpinya ?



Pertanyaan demi pertanyaan menggayuti benak Tania. Bahkan ketika sahabatnya Stella berusaha mempersiapkan pesta ulang tahun yang istimewa bagi dirinya. Ulang tahun Tania hanya bisa dirasakan emapat tahun sekali, karena ia terlahir tepat pada tanggal 29 Februari. Mendekati hari kelahirannya, kesedihan muncul mengenang kedua orang tuanya yang telah tiada. Ia dibesarkan oleh Kakek Susilo dan Nenek Arini, orang tua ibunya. Kesedihan Tania semakin bertambah kala ia tak mampu mengingat raut wajah kedua orang tuanya, atau menuangkannya dalam bentuk sketsa lukisan yang merupakan salah satu keahlian Tania. Baik kakek maupun neneknya, tak bersedia berbicara tentang orang tua Tania, walau sekedar mengenang masa lalu.

Kemudian suatu hari muncul seorang wanita tak dikenal bernama Meilia Wibowo di kampusnya. Ia mengaku sebagai istri Alex Wibowo – pelukis ternama yang ternyata ayah kandung Tania, yang sengaja mencari dirinya demi memenuhi amanat sang suami. Tania tak pernah menduga bahwa masa kecilnya ternyata tidak sebagaimana ia ketahui selama ini, bahwa baik kakek maupun neneknya telah menyembunyikan fakta tentang tragedi yang merenggut kedua orang tua Tania dari kehidupannya. Namun kisah yang dituturkan oleh Meilia tidak berhenti hingga tragedi yang memisahkan sebuah keluarga, melainkan tentang menghilangnya salah satu dari belahan jiwa, kisah tentang saudara kembar Tania yang lenyap saat ditinggalkan di panti asuhan.
“Pohon trembesi, dua sosok gadis cilik, satu bergaun biru, satunya bergaun warna merah muda. Mereka sedang bermain petak umpet. Dua lukisan. Hujan Daun-Daun dan Warna Tua Daun-Daun.”
Ini adalah buku kedua yang kubaca setelah Teater Boneka dari GWP. Sejujurnya diriku tidak memberikan ekspektasi lebih tinggi untuk bacaan yang dimasukan dalam kategori remaja ini. Terlebih setelah ‘sedikit kekecewaan’ usai menuntaskan Teater Boneka. Di luar dugaan, Hujan Daun-Daun memberikan sesuatu yang lebih, sehingga semenjak awal hingga akhir, diriku terhanyut dalam perjalanan Tania mencari belahan jiwa yang terenggut dari masa kanak-kanaknya. Mengambil tema tentang kekuatan ikatan antara anak kembar, meski dipisahkan dan tidak mengetahui keberadaan masing-masing, di mana bertahun-tahun kemudian masing-masing menemukan jalan untuk saling ‘bersua’ melalui rangkaian mimpi-mimpi absurb.

Meski temanya cukup sederhana, para penulis mampu merangkai jalinan kisah yang sangat menarik, mengundang rasa penasaran dengan adanya misteri yang harus dipecahkan, dengan bumbu romansa yang tidak ‘cheesy’ atau berlebihan, diakhiri dengan ending yang menyentuh sekaligus memuaskan. Tiada terlihat bahwa ini ditulis oleh tiga penulis yang berbeda, karena keseluruhan kisah terasa sangat utuh dan mengalir dengan indah. Jika kisah ini dimasukan dalam kategori bacaan remaja (yang notebene biasanya merupakan bacaan ringan), terus terang diriku agak tidak setuju, karena bobot dan kualitas penulisannya sangat bagus, matang dan lebih mendekati sebuah novel seandainya kisah ini diperkenankan lebih panjang lagi.

Keunggulan kisah ini lebih karena pemilihan tema yang simple dan sederhana, namun dalam pengembangannya menjadi suatu kisah yang cukup kompleks, dengan alur yang cukup cepat. Adegan demi adegan yang muncul, perjalanan lintas kota hingga lintas benua yang terjadi, terasa ‘real’ dan sekali lagi tidak terlalu berlebihan atau di-eksplotasi sebagaimana kebanyakan penulis muda yang ‘terbawa arus’ dalam menuliskan latar belakang alih-alih memperkuat karakter dalam kisahnya. Tanpa panjang-lebar, kuacung jempol bagi ketiga penulis, yang berhasil memberikan ‘kesegaran’ bagi pembaca seperti diriku, dan membuatku tetap berusaha untuk mencari buku karya penulis Indonesia yang berbobot dan tidak terseret dalam arus ‘trend’ yang menyesatkan. Semoga kalian berhasil membuahkan karya pribadi yang jauh lebih fenomenal dari ‘Hujan Daun-Daun’ ... and I love this story (^_^)

Tentang Penulis :
Lidya Renny Chrisnawaty
Lahir di Yogyakarta pada 15 Januari. Menulis dan membaca adalah cinta abadinya. Penggemar karya-karya Paulo Coelho dan Ken Terate. Cermanya beberapa kali dimuat di koran Minggu Pagi sedangkan cerpen remajanya telah dimuat di berbagai majalah remaja seperti Wonderteen, Hai, Keren Beken, dan Story. Sebagian ceritanya bisa disimak di http://lidyarennych.blogspot.com/

Tsaki Daruchi
Penulis yang memiliki nama asli Tri Saputra Sakti dan membuat akronim (Tsaki) serta nama almarhum papanya (Daruchi) sebagai nama pena. Aktif menulis di berbagai sosial media atau blog, seperti Twitter, Facebook, Wattpad, Wordpress, dan sebagainya. Masih bersusah payah menyelesaikan novel solonya agar dapat diterbitkan.

Putra Zaman
Lahir di OKU Timur, September 1990. Saat masih kecil pernah bercita-cita jadi musisi, astronaut dan ahli sejarah, setelah besar malah mengambil kuliah di jurusan Komputer, dan setelah wisuda mulai menggeluti Teknik Kimia di perusahaan pupuk terkemuka di Palembang. Menjadi kontributor dalam beberapa buku kumpulan cerpen di penerbit mayor maupun yang telah terbit secera self-publishing. Penggerak #MalamPuisi Palembang ini biasa berkicau di akun Twitter @poetrazaman, kadang menulis puisi dan cerita pendek di www.erasson.wordpress.com

[ more about the authors & related works, just check at here : Gramedia Writing Project ]

~ GRAMEDIA WRITING PROJECT ~

Adalah seleksi pencarian bakat penulis Indonesia yang dimulai pada tahun 2013, dimana dari 1600-an naskah yang masuk ke redaksi, diseleksi hingga terpilih 20 penulis yang akan mengikuti pelatihan menulis bersama Clara Ng dan editor-editor Gramedia Pustaka Utama.

Pada tanggal 28-29 September 2013, bertempat di Hotel Amaris Grogol, Jakarta, diadakan pelatihan menulis serta wawancara untuk menentukan 9 orang pemenang yang akan ditempa menjadi 3 tim penulis GWP. Hasilnya adalah  tiga novel yang ditulis secara estafet ; tiga novel dengan genre berbeda : Badut Oyen (Horor), Hujan Daun-Daun (Remaja), dan Teater Boneka (MetroPop).

Selain itu 20 penulis yang terpilih juga akan menerbitkan kumpulan cerpen omnibus pada tahun 2014 ini. Gramedia Writing Project adalah awal dari pintu menuju karier kepenulisan bagi 20 orang yang terpilih, dan diharapkan setelah program ini, mereka bisa menulis karya-karya mereka sendiri dan menerbitkannya melalui Gramedia. Sedangkan untuk program GWP sendiri tak akan terhenti sampai di sini. Nantikan GWP berikutnya. 

~ This Post are include in 2014 Reading Challenge ~
117th Book in Finding New Author Challenge
273th Book in TBRR Pile

Best Regards,

Hobby Buku

No comments :

Post a Comment

Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...