Translate

Sunday, August 11, 2013

Books "THE MIRACLE OF GRACE"

Books “KEAJAIBAN GRACE”
Judul Asli : THE MIRACLE OF GRACE
Copyright © Kate Kerrigan 2007
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : Lanny Murtihardjana
Cover by Eduard Iwan Mangopang
Cetakan I : Mei 2013 ; 328 hlm
Rate : 3,5 of 5
“Ibuku adalah cerminku. Aku ingin dia jadi sebaik mungkin, supaya hal itu juga tercermin dalam diriku.” [ ~ The Miracle of Grace | p. 16 ]
Pernahkah semasa kita kanak-kanak, melihat ayah dan ibu sebagai sumber inspirasi dan ‘idola’ dimana kelak saat kita dewasa, kita ingin seperti mereka. Namun seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan menuju kedewasaan, kita mulai melihat ‘hal-hal’ yang mengurangi nilai mereka sebagai idola, perselisihan kecil dan ketidak-puasan mulai muncul karena perbedaan sikap dan kebijaksanaan. Bahkan tak jarang peran itu kemudian berbalik, orang tua bertingkah layaknya ‘anak-anak’ dan sang anak harus berperan sebagai orang tua. Bagaikan sebuah siklus tiada henti, perpindahan peran dan tujuan hidup bergeser seiring perputaran waktu. Dan pada akhirnya, siapakah yang bisa menilai dan menentukan, apakah kita telah menjadi anak-anak yang baik dan berbakti ? Dan apakah kita telah menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai orang tua yang sempurna ? Siapakah yang menentukan aturan main serta pedoman baku untuk menilai itu semua ....



Grace Blake, pada usia menjelang 40-an, menjalani kehidupan serta rutinitas yang dianggap sebagai ‘satu-satunya’ pilihan terbaik bagi dirinya, hingga suatu hari tanpa sengaja ia melihat ‘catatan kecil’ yang ditempelkan oleh ibunya di lemari es. Catatan yang berisikan  daftar harian yang harus ia kerjakan / lakukan, merupakan ciri khas yang tak pernah lupa ia lakukan. Namun bagaimana sang ibu justru memilih menulis catatan alih-alih berbicara langsung kepada putri tunggalnya, bahwa ia menderita kanker indung telur stadium IV yang harus segera dioperasi ? 

Kisah ini diawali dengan kondisi Grace yang shock dan terkejut menerima berita yang sebenarnya tidak disampaikan oleh sang ibu. Kekhawatiran dan rasa takut yang dialami oleh Grace berubah menjadi kemarahan karena Eileen Blake di usia 60-an justru bersikap tak peduli akan kondisinya, dan mengalihkan perhatian pada hal-hal lain yang dianggap sepele oleh Grace. Maka alih-alih usaha untuk saling mendukung, perselisihan serta pertengkaran yang terjadi, masing-masing memendam perasaan dan pada klimasnya, saat keduanya tak mampu lagi menahan emosi, kata-kata yang tak dapat ditarik kembali keluar dari mulut masing-masing.

[ source
Sebuah kisah yang pada awalnya berjalan cukup lambat dan sedikit membingungkan, karena penulis berusaha menuturkan kondisi masing-masing karakter dengan melakukan ‘kilas-balik’ antara masa lalu dan masa kini. Pembaca akan dibawa memasuki dunia dimana Eileen Blake sebagai gadis cilik dari keluarga Gardner di Irlandia, pemeluk keyakinan Katolik Ortodox, hingga ia mencicipi kehidupan bebas di kota besar, penuh dengan pengaruh serta godaan yang akhirnya membuat perubahan besar dalam hidupnya. Jatuh hati pada pria yang tidak memiliki masadepan jelas, hamil di luar nikah, melarikan diri ke London untuk melahirkan bayi yang kemudian diserahkan ke panti asuhan. Menikah dengan pria yang suka menyiksa dirinya, akhirnya melarikan diri dan hidup bersama seorang pastur, tiada satu pun yang mengetahui rahasia isi hati Eileen akan pilihan-pilihan yang diambilnya dalam kehidupan.

Di sisi lain, Grace tumbuh sebagai gadis ceria dan penuh mimpi, dan sebagaimana layaknya gadis cilik dimana pun, ia memuja ayahnya, hingga ibunya membuat sang ayah keluar dari kehidupannya saat ia menginjak usia 4 tahun. Semenjak itu, gadis cilik yang terbiasa dimanja oleh sang ayah, akhirnya memilih mengambil alih peran sebagai pemimpin keluarga, terutama saat sang ibu hanay berdiam diri, tak berani mengambil keputusan atau langkah baru demi kelangsungan kehidupan mereka. Hubungan antar Grace dan ibunya sangat erat, hingga Grace harus berangkat ke kota lain, meneruskan kuliah dan tinggal di asrama, jauh dari sang ibu yang selalu mendampingi dirinya. Jika satu sama lain selalu saling mengisi, tiada kesempatan bagi pihak lain untuk masuk dalam dunia mereka, maka semenjak saat itu, segala sesuatunya berubah bagi keduanya.

Semakin dalam kisah ini mengungkap ‘adegan-adegan’ yang menjadi ‘ingatan’ masa lalu Grace maupun Eileen, sebuah jalinan kisah yang menyentuh terbentuk. Ada sebuah pepatah yang mengatakan ‘Hati manusia siapakah yang bisa Tahu?’ – entah mengapa terasa menghentak tajam. Kisah ini menuturkan perjalanan dua insan yang terhubung oleh ikatan darah, antara seorang ibu dan anak, antar dua wanita yang berbeda generasi, namun mengalami kesulitan ‘berkomunikasi’ dan ‘memahami’ satu sama lain bahkan setelah sekian tahun hidup bersama. Alih-alih berusaha keras untuk saling memahami, mereka mengalihkan perhatian pada hal-hal lain, pekerjaan, pergaulan sosial, status hingga memborong barang grosiran yang akhirnya menumpuk selama bertahun-tahun. Hingga sebuah kenyataan pahit menghadang : salah satu akan segera tiada akibat kanker ganas !!

Ini bukanlah sebuah kisah yang spektakuler, namun satu hal berani kujamin, jika Anda membaca kisah ini, bagaikan ‘cubitan halus’  maka adegan-adegan yang terjadi akan membuat kita teringat, apakah yang lebih penting dalam menjalani kehidupan kita sehari-hari. Dan sebagaimana Eileen yang selalu membuat ‘daftar hal-hal yang harus dilakukan’ mungkin ada baiknya kita juga membuat ‘daftar kecil’ sebagai pengingat apa tujuan manusia dilahirkan di dunia ini. Mengutip daftar yang dibuat oleh Grace (mengikuti jejak sang ibu, sesuatu yang sebelumnya ia benci), ku-pinjam list ini sebagai pengingat diriku :
  • Bahwa kau bisa mencintai seseorang dan merasa kesal pada saat yang sama.
  • Bahwa tak ada suatu pun yang sempurna – bahkan kasih sayang seorang ibu sekalipun – tapi ini bukan berarti kasih sayang dapat diperoleh melalui kompromi. Ini sesuatu yang sangat berarti.
  • Bahwa hidup seseorang takkan pernah bisa diambil sepenuhnya. Dia akan tetap hidup di hati dan kehidupan mereka yang pernah tersentuh olehnya.
  • Bahwa menemukan kebenaran tidak begitu penting – bahwa yang ada pada suatu saat hanyalah apa yang ada di hadapanmu. Pertahankan dan nikmatilah saat itu, sebab tak lama lagi saat itu akan berlalu.
  • Bahwa tidak ada “arti” dalam, hidup ini – tidak ada suatu pun yang berarti.   

[ more about the author and her related works, just check at here : Kate Kerrigan | on Goodreads | at Twitter | at FaceBook ]

Best Regards,

* Hobby Buku * 

No comments :

Post a Comment

Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...