Translate

Wednesday, March 27, 2013

Books "KAZE"



Books : “KAZE”
Judul Asli : DEATH AT THE CROSSROADS
Copyright © 1998 by Dale Furutani Flanagan
Penerbit Qanita
Alih Bahasa : Meithya Rose
Editor : Andhy Romdani
Proff Reader : Ocllivia Dwiyanti P.
Illustrations by Rahmat Gandari
Cover by Dodi Rosadi
Cetakan ke-01 : November 2008 ; 384 hlm

Kesan :
Buku ini merupakan bagian pertama dari trilogi yang ditulis oleh Dale Furutani-seorang keturunan Jepang-Amerika, dimana suatu hari ia terinspirasi untuk membuat kisah tentang kehidupan masyarakat Jepang terutama dalam masa peralihan sekitar tahun 1603 – suatu masa dimana selama 250 tahun kemudian Jepang dibawah kendali Tokugawa Shogunate.

Yang membuat kisah ini agak berbeda karena penulis memilih pendekatan dengan menulis fiksi berbau misteri – mengingat masyarakat pada waktu itu juga masih memegang kepercayaan akan adanya roh-roh jahat serta pemujaan dewa-dewa. Walaupun tema yang disajikan dapat dikatakan cukup sederhana, namun cara penulisan dengan dialog-dialog yang menyisipkan istilah serta kata-kata Jepang, mampu membuat pembaca seakan menonton sandiwara Jepang ( dengan bahasa yang lebih mudah dipahami tentunya ).

Selain menampilkan tokoh utama seorang Samurai bernama Matsuyama Kaze, penulis juga menyelipkan berbagai karakter yang mewarnai kisah ini – mereka terutama adalah korban-korban peperangan tiada henti yakni rakyat jelata.  Kisah kehidupan mereka dituturkan dengan manis, walaupun hanya sedikit namun mampu memberikan gambaran sekilas tentang keadaan pada jaman tersebut.


Paling tidak buku ini cukup memberikan hiburan bagi pembacanya dan tidak termasuk kategori bacaan berat, dan akhirnya hanya berharap semoga kelanjutan seri ini mampu pula disajikan oleh penerbit dengan kualitas yang lebih baik lagi dan dalam waktu yang tidak terlampau lama … paling tidak dalam 1-2 bulan ( at least tidak seperti nasib kisah Sister Grimm, padahal seri kisah ini tidak kalah bagus dengan buku-buku terbitan lain dengan kategori yang sama … )

Hanya satu ganjalan – covernya sangat tidak cocok untuk mencerminkan sosok samurai pada jaman tersebut, mungkin bertujuan hendak menarik pembaca dengan memasang cover foto model / bintang film ( yang jelas kelihatan banget klo mereka hasil produksi jaman modern dengan tampang ke-indo-an … masih lebih tampak menarik cover movie-nya The Last Samurai ) , malah mungkin bisa lebih bagus tanpa cover berupa foto seperti itu tapi menggunakan siluet sosok samurai or gambaran peperangan era tersebut.

Sinopsis :
[ source ]
Kisah ini mengambil latar belakang Jepang dalam masa pemerintahan klan Tokugawa di bawah pimpinan Lord Ieyasu. Masyarakat Jepang mengalami transisi dari pemerintahan sebelumnya Lord Hideyoshi yang mangkat, sehingga garis kekuasaan klan Taiko terhenti akibat makar yang dilakukakan oleh Tokugawa Ieyasu.

Kisah petualangan dimulai dengan penemuan sosok mayat di tengah persimpangan jalan yang menghubungkan desa Suzaka (timur), desa Higashi dan keresidenan Rikuzen  (selatan), keresidenan Uzen (utara) serta pegunungan Fukuto (barat)

Yang menemukan mayat tersebut pertama kali adalah Jiro, petani yang beralih menjadi tukang jual arang. Penemu kedua adalah seorang samurai tak bertuan (ronin) yang kebetulan juga lewat pada waktu bersamaan. Samurai tersebut bernama Matsuyama Kaze. Ia sebenarnya adalah samurai yang mengabdi pada salah satu shogun penguasa yang berpihak pada Taiko Hideyoshi, dan saat tuannya tewas dalam pertempuran melawan pasukan Tokugawa Ieyasu, ia hanya berhasil menyelamatkan sang Putri, istri tuannya dari penangkapan. Namun putri satu-satunya dari keluarga tersebut, tertangkap dan menghilang. Kaze mengemban misi khusus yang menjadi tanggung jawab seumur hidupnya, yakni menemukan jejak putri tunggal tuannya dan menyelamatkannya.

Kisah berlanjut dengan keributan yang disebabkan oleh kedatangan Magistrat Wilayah setempat yang bernama Nagato Takamasu bersama pengawalnya, beliau menerima laporan dari Jiro, si tukang arang yang segera lari menuju desanya, desa Suzaka saat melihat kedatangan sang samurai di persimopangan.

Kaze langsung melihat ketidakberesan serta ketidak pedulian sang Magistrat dalam menangani penemuan tersebut. Alih-alih menyelidiki lebih dalam, beliau cenderung mencari jalan aman dengan menguburkan mayat serta perkara tersebut. Semula Kaze tidak akan ikut campur terlalu dalam, namun saat dirinya beserta Jiro ditangkap oleh Magistrat dengan tuduhan sebagai tersangka pembunuhan, maka ia pun bertekad menyelesaikan misteri yang menyelimuti desa Suzaka dan sekitarnya.

Niat Magistrat yang hendak melenyapkan Kaze beserta Jiro tanpa diduga mendapat hambatan justru dari Sang Penguasa Wilayah–Lord Manase yang terpikat dengan kecerdikan sang Samurai–Matsuyama Kaze. Memanfaatkan daya tariknya, Kaze berhasil mendapatkan penundaan atas hukuman mati yang sedianya akan segera menimpa Jiro – dengan janji bahwa Kaze harus dapat menngungkapkan siapa dalang pembunuhan sebenarnya.

[ source ]
Petunjuk utama yang diperoleh Kaze adalah anak panah yang digunakan unuk membunuh samurai tak dikenal itu. Anak panah tersebut memiliki keistimewaan yang menunjukkan bahwa pemiliknya pastilah bukan orang kebanyakan. Semula Kaze melakukan pnyelidikan bersama Magistrat Nagato bersama anak buahnya ( tentu saja atas perintah Lord Manase ), namun setelah Kaze mendapati dirinya diserang oleh kawanan Kuemon ( =bandit ) yang ternyata diketahui diam-diam bekerja sama dengan Magistrat, hal itu membuktikan kecurigaan Kaze sejak awal akan kebobrokan sistem peradilan di wilayah itu. Maka Kaze memutuskan menempuh jalur yang berbeda karena ia harus segera menuntaskan penyelidikan kasus ini agar dapat segera melanjutkan misinya semula – terutama saat kemunculan Obake-hantu dari mendiang istri tuannya, yang mengingatkan akan janjinya untuk menemukan putri mereka yang hilang.

Dari Jiro, Kaze mendapat saran agar mengikuti jejak Aoi-seorang pelacur Desa Suzaka yang kerap bertandang ke sarang para penyamun. Pada akhirnya Kaze menemukan persembunyian kawanan Kuemon dan melihat jumlah mereka yang sangat banyak, sungguh tak maungkin ia melawan seorang diri sehebat apapun permainan pedangnya. Maka menggunakan kecerdasan otak serta taktik perang, Kaze mulai menyusun siasat memanfaatkan Aoi guna menyebarkan ketakutan di antara kawanan tersebut.

Matsuyama Kaze – sebagai seorang samurai memperoleh banyak pembelajaran dari pertemuannya dengan orang-orang yang sebelumnya tak pernah dipandang sebelah mata. Sebagaimana kehidupan samurai yang mengabdi pada Shogun, maka ia pun dituntut membela serta membantu penguasa lain dalam pemerintahan karena posisi serta status mereka sebagai tuan bagi para samurai. Namun seiring dengan waktu, dalam sepanjang perjalanan petualangannya, Kaze justru banyak melihat ketidak-adilan yang menimpa rakyat jelata justru akibat kesewenang-wenangan para penguasa setempat.

[ source ]
Maka Kaze-sang Samurai menjadi sosok yang lebih manusiawi dan lebih ber-empati pada beberapa orang, contohnya bagaimana ia bahkan mengampuni nyawa Hachiro-salah satu anggota Kuemon yang menjadi pengikut alih-alih sebagai akibat korban perang ( Hachiro kecil  menyaksikan keluarganya tewas dibantai oleh tentara Tokugawa dalam perebutan kekuasaan ), bagaimana pada akhirnya ia menuntut keadilan atas pembunuhan Hachiro oleh seorang penguasa dan mengapa ia menemukan kesamaan dirinya dengan Jiro-sang penjual arang yang tak pernah dipandang sebelah mata oleh kalangan dimana dulu ia berada ( kasih sayang & cinta kasih Jiro terhadap mendiang istrinya mampu mengalahkan perasaan Kaze yang juga ditinggal oleh istri beserta putra-putrinya yang tewas bunuh diri / hara-kiri demi membela kehormatan saat kejatuhan pemerintahan Hideyoshi ). Bahkan Kaze membantu menyembunyikan pembunuhan sang Magistrat yang dilakukan oleh Ichiro-Kepala Desa demi membela putrinya yang hendak diperkosa ( hal tersebut bertolak belakang dengan aturan sistem peradilan pada waktu itu dimana rakyat biasa tak memiliki hak untuk bebas memilih bahkan demi keadilan sekali pun ).

Dengan menumpas akar kejahatan serta keserakahan di wilayah Desa Suzaka, Kaze melanjutkan perjalanan mengikuti petunjuk yang tanpa sengaja diperolehnya yang akan membawa dirinya pada sang Putri. Kaze belajar ketabahan hati serta keuletan justru dari orang-orang kecil / rakyat jelata serta lebih menghargai nilai-nilai kehidupan diatas martabat, kehormatan maupun status sosial sekaligus bahwa balas dendam justru hanya akan membawa kesengsaraan baru bagi orang lain.

Tentang Penulis :
Dale Furutani lahir di Hilo-Hawaii, pada tanggal 1 Desember 1946, merupakan generasi ketiga dari keturunan Jepang-Amerika / sansei. Keluarganya berasal dari Pulau Oshima, Selatan Hiroshima. Kakek & neneknya datang di Hawaii pada tahun 1896 sebagai pekerja di sebuah pabrik gula, namun kakeknya memutuskan kontrak karena bisnis ikan yang digelutinya lebih berhasil. 

Ketika berusia enam tahun, Dale kecil diadopsi oleh John Flanagan dan pindah ke California. Pengalaman buruknya mendapat perlakuan rasialis dari teman-teman sekolahnya hanya karena dia satu-satunya orang Asia di sekolahnya, tak menghalangi Dale muda untuk melambungkan imajinasinya. 

Dale memperoleh gelar akademis di bidang penulisan kreatif dari California State University, Long Beach serta gelar MBA di bidang pemasaran dan sistem informasi dari UCLA. Pada tahun 1993, novel pertamanya ‘Death in Little Tokyo’ meraih Anthony Award dan Macavity Award untuk Novel Misteri Debutan Terbaik. 

[ more about the author and his related works, check on here : Dale Furutani's Site | on Wikipedia ]

Best Regards,

 


No comments :

Post a Comment

Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...