Translate

Wednesday, March 27, 2013

Books "THE BLUE DIARY OF MUMBAI"



Books ”THE BLUE DIARY OF MUMBAI”
Judul Asli : THE BLUE NOTEBOOK
Copyright © 2009 by James Andrew Levine, M.D., Ph.D.
Penerbit Salamadani
Alih Bahasa : Nuraini Mastura
Editor : Endah Wijayanti
Desain sampul : Tyo
Cetakan I : September 2012 ; 344 hlm

“Namaku Batuk. Aku seorang gadis lima belas tahun yang tinggal di Jalan Umum di Mumbai. Aku sudah tinggal di sini selama 6 tahun dan aku diberkahi dengan kecantikan dan sebatang pensil.”

Saat memilih buku ini dari rak etalase di toko buku, bayanganku tentang drama perjuangan anak gadis yang terseret dalam dunia pelacuran di wilayah India, menggugah keingin-tahuanku, apalagi sang penulis juga terkenal sebagai aktifis sosial dalam perjuangan hak-hak manusia di kawasan Asia, namun sembari membaca halaman demi halaman, sungguh sebuah kesan mendalam sekaligus mengerikan dan menyentuh, mewarnai sepanjang kisahnya dari awal hingga akhir.

Ditulis dengan sudut pandang orang pertama, kisah ini merupakan jurnal pribadi gadis bernama Batuk, yang berasal dari keluarga miskin di wilayah India. Dilahirkan dari pasangan suami-istri yang berjuang mencari nafkah namun tak mampu mengimbangi dan memenuhi kebutuhan keluarga yang semakin membesar, Batuk adalah salah gadis yang memiliki keistimewaan. Bukan saja ia memiliki paras yang cukup elok, ia juga memiliki kecerdasan serta kemauan keras demi memperoleh Impiannya di dalam dunia yang serba kekurangan dan penuh dengan kepahitan dan hal-hal negatif.


[ source ]
Pada usia 9 tahun, ia dibawa oleh sang ayah yang sangat menyayanginya, namun tak memiliki keberanian melawan sang istri yang pahit dan getir serta menyalahkan anak-anak gadis yang dilahirkannya sebagai beban, hingga Batuk pun dijual ke sindikat rumah bordil yang sangat terkenal di India. Pandangan masyarakat India terhadap kasta serta status wanita yang dianggap berada pada posisi terendah, membuat pilihan tersebut menjadi salah satu alternatif yang banyak dilakukan oleh keluarga miskin demi memperoleh sejumlah uang untuk menghidupi keluarganya. Gadis cilik ini menuturkan dengan gamblang, dengan bahasa serta kata-kata sesuai pemahamannya sebagai gadis cilik, tentang pengalaman-pengalaman serta berbagai peristiwa yang menyeretnya dalam dunia kelam pelacuran anak-anak yang banyak dicari oleh orang-orang yang memiliki kelainan seksual.

Istilah ‘berhubungan seksual’ yang diilustrasikan sebagai pekerjaan ‘membuat gula-gula’ serta bagaimana Batuk harus belajar dengan cepat untuk ‘membuat gula-gula’ yang lebih banyak dan menghasilkan pemasukan tinggi bagi majikannya, dengan kecerdasannya, ia mampu menyiasati agar memperoleh pelanggan khusus yang bersedia membayar mahal namun tidak menyiksa dirinya. Membaca halaman demi halaman, tulisan serta penuturan Batuk yang sangat indah, sungguh membuat haru sekaligus terenyuh. Bagaimana pandangan dirinya ketika awal memasuki dunia gelap ini, keperawanannya dilelang pada penawar tertinggi, hingga adegan pemerkosaan yang dialaminya, oleh sang penawar maupun oleh penguasa sindikat yang berperan sebagai ‘penjaga’ dunia perdagangan gelap. Anak-anak yatim piatu serta anak jalanan, hampir semuanya ditangkap secara resmi maupun tidak resmi (ada yang diculik dan kemudian lenyap tanpa jejak) untuk dijebloskan dalam badan-badan sosial yang sebagian besar merupakan kedok sindikat perdagangan manusia. 

[ source ]
Batuk memiliki perbedaan, karena meskipun ia berasal dari dunia bawah yang sangat miskin, ia pernah memiliki kesempatan untuk belajar membaca dan menulis yang diajarkan oleh salah satu misionaris saat ia berada di rumah sakit perawatan bagi penderita TBC. Tiada yang mengetahui kemampuan gadis ini, hingga ia berhasil ‘mengambil’ sebuah pensil dari germo-nya, dan menulis jurnalnya secara diam-diam. Penulisan semua curahan pikiran serta pengalaman inilah yang akan membawa Batuk pada kehidupan yang berbeda, memberikan kesempatan bagi dunia luar mengetahui sekilas dari kehidupan kelam sisi lain masyarakat India, terutama Mumbai yang juga dikenal sebagai tempat wisata sex yang sangat bervariasi. Mulai kanak-kanak, yang masih perawan hingga yang memiliki kepolosan tertentu hingga usia remaja, pria-pria yang hanya menyukai bocah laki-laki yang ‘cantik’ sehingga korban sodomi dan pemukulan brutal merupakan hal yang biasa. 

Kekuasaan serta kekayaan yang melimpah turut mewarnai kisah ini, namun digambarkan dari sisi yang lebih kelam. Bagaimana jika sosok penguasa atau bahkan pejabat pemerintah bahkan pihak kepolisian yang seharusnya berperan dalam menegakkan keadilan serta kebenaran, justru merupakan pelanggan tetap ruang-ruang pelacuran serta kamar-kamar hotel yang dipesan khusus untuk melakukan hiburan-hiburan terlarang ? Nyawa para pelacur cilik ini tiada harganya, mereka bisa dipanggil dan digunakan sesuka hati, bahkan jika perbuatan yang mereka lakukan menghilangkan nyawa para pelacur ini, sebuah tim khusus berperan untuk melenyapkan barang bukti dan menyiapkan ‘barang-baru’ bagi pelanggan yang tak pernah terpuaskan. Batuk yang tampak ringkih dan mungil, memiliki tekad kuat dan berusaha melawan serta bertahan setiap jenis siksaan yang ia alami. Pengalaman nyaris mati merupakan perjuangan yang kerap ia alami, dan setiap saat ia bertahan untuk bangkit kembali, hingga sebuah perubahan penting terjadi pada dirinya. 

[ source ]
Dengan ending yang cukup mengejutkan, penulis mampu menyajikan ‘pemandangan’ yang sama sekali berbeda akan dunia gelap yang tak pernah diungkapkan kepada dunia. Jika pun mereka mengetahuinya, seringkali mereka memilih mengalihkan pandangan pada hal-hal lain. Penulis yang juga dikenal sebagai aktifis serta duta kesehatan ini, memperoleh inspirasi selama ia bertugas di India. Pengalaman pribadi dengan sindikat rahasia di India, dialami ketika ia pertama kali datang ke India, tiba di bandara, alih-alih menemukan sang penjemput, ia diculik oleh sindikat yang acapkali menahan wisatawan guna meminta tebusan tinggi. Beruntunglah di saat yang sama, pihak pemerintah India mendapat tekanan besar akibat tewasnya sandera wisatawan asing sebelumnya, hingga ia akhirnya dibebaskan. Keterlibatan pihak berwajib (pihak kepolisian) turut digambarkan sebagai komplotan sindikat, sungguh sangat mengerikan. Pengalaman tersebut membuat penulis bertekad meneruskan usahanya di India dan tetap memperjuangkan visi serta misinya di penjuru dunia, terutama kawasan kumuh di Asia.

Tentang Penulis :
James A. Levine adalah profesor kedokteran di Mayo Clinic. Lulusan dari Cambrige University di Inggris, beliau berkecimpung sebagai aktivis dan duta kesehatan, peneliti, dokter dan ilmuwan. Bukunya yang terkenal berjudul Move a Little, Loose a Lot(terbitan Random House, 2009) merupakan panduan kesehatan serta diet yang banyak dicari, serta beberapa karya non-fiksi lainnya. Salah satu prinsip pokok pendekatan dalam program tersebut adalah “Hidup bukanlah soal senatiasa memperhatikan timbangan, melainkan menjalaninya dan berjuang. Kita semua memiliki mimpi-mimpi, dan Impian itu harus diperjuangkan secara aktif karena itulah seni dalam Kehidupan.” [ from "Move a Little, Loose a Lot" Program ]

The Blue Notebook merupakan novel fiksi pertama yang ditulis dan mendapat sambutan hangat dari berbagai kalangan. Untuk info selengkapnya tentang penulis serta karya-karya lainnya, silahkan berkunjung ke : James A. Levine.

Best Regards,


10 comments :

  1. judul blognya aja udah ketahuan kalo ygt punya suka bgt sama Asia Literature apalagi ada posting bareng buku2 tersebut mbak Maria pasti seneng banget :) ak lagi menjijal mbak dan ada beberapa yang aku suka :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. ayuk ikutan dalam klub bukunya mbak, bisa saling berbagi bacaan :D

      Delete
  2. hyaa belum pernah lihat bukunya

    ReplyDelete
    Replies
    1. aq juga kebetulan pas liat di rak buku kang Tezar, asli tidak tertarik sama covernya, jadi iseng ambil, eh ternyata bagus :D

      Delete
  3. Bnayak yg posting ttg India yah buat tema BBI bulan ini :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. belum sempat blogwalking >,< baru pulang acara keluar kota...

      Delete
  4. Nice review. Sungguh menyenangkan membaca novel bertema sosial dan budaya partriaki yg kental di India. Disana pasti masih lebih kental daripada di Indonesia ya~

    ReplyDelete
    Replies
    1. budaya dan kultural India memang lebih kental, Indonesia sebenarnya juga banyak tapi sudah banyak 'imigran' yang campuran jadi budaya asli sudah tidak kentara.

      Delete
  5. Woooww!!! Kisah yang menggetarkan! syram banget mbak,, aq suka buku kayak gini.. sayangnya covernya gak begutu bagus yak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, semula agak ragu melihat covernya, tapi ternyata isinya bagus sekaligus bikin terharu...

      Delete

Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...